Tantangan perekonomian yang sedang berlangsung di Inggris telah memberikan dampak yang signifikan terhadap banyak keluarga di seluruh negeri, memaksa individu dan dunia usaha untuk menghadapi kenaikan tagihan dan kenaikan suku bunga. Di tengah ketidakpastian keuangan ini, terdapat peningkatan nyata dalam penipuan pengeluaran, yang menimbulkan dampak serius bagi dunia usaha di seluruh negeri.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Emburse, yang melibatkan lebih dari 1.000 pekerja dan difasilitasi oleh YouGov, menyoroti prevalensi penipuan biaya. Temuan mengungkapkan bahwa hampir seperempat (24%) karyawan mengaku melakukan pembelian pribadi dan menganggapnya sebagai pengeluaran bisnis karena kondisi keuangan mereka.
Penipuan pengeluaran, pemalsuan pengeluaran oleh karyawan untuk mendapatkan penggantian tambahan dari perusahaan mereka, menjadi semakin lazim di tengah krisis biaya hidup.
Laporan yang dibuat oleh Cifas, sebuah layanan pencegahan penipuan terkemuka, menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam berbagai jenis penipuan, termasuk penipuan biaya, seiring dengan semakin ketatnya tantangan perekonomian. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2022 saja, terdapat peningkatan 17% kasus yang tercatat di National Fraud Database dibandingkan tahun sebelumnya. Lonjakan ini didorong oleh individu yang mengubah laporan bank dan memalsukan dokumen untuk mendapatkan keuntungan finansial, termasuk klaim biaya palsu. Tren yang mengkhawatirkan ini menggarisbawahi pentingnya memahami, mengidentifikasi, dan mencegah penipuan biaya dalam organisasi.
Di tengah kompleksitas penipuan biaya, dunia usaha didesak untuk menyadari sifat multifasetnya dan mengambil langkah proaktif untuk memitigasi risiko dan melindungi kepentingan keuangan mereka. Memahami dinamika penipuan biaya adalah hal yang sangat penting, karena hal ini mencakup berbagai praktik penipuan, termasuk:
- Menggembungkan biaya dan membesar-besarkan pengeluaran terkait bisnis.
- Mengirimkan kwitansi palsu atau menggandakan klaim pengeluaran.
- Salah mengartikan pengeluaran pribadi sebagai biaya bisnis yang sah.
Dampak dari penipuan pengeluaran tidak hanya menimbulkan kerugian finansial, tetapi juga mencakup tanggung jawab hukum dan kerusakan reputasi. Di era yang ditandai dengan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas, dunia usaha harus memprioritaskan strategi dan solusi yang kuat untuk melawan ancaman yang meluas ini.
Penipuan biaya adalah masalah yang menonjol dalam bidang perilaku buruk karyawan, yang merupakan bagian penting dari aktivitas penipuan. ACFE melaporkan bahwa sekitar 5% pendapatan global hilang karena penipuan, dan penipuan biaya saja berkontribusi terhadap 14,5% kasus yang terdeteksi. Dengan proyeksi pertumbuhan sektor manajemen perjalanan dan pengeluaran yang diperkirakan mencapai $15,2 miliar pada tahun 2032 (Fortune Business Insights), dunia usaha semakin rentan terhadap praktik penipuan semacam itu.
Munculnya model kerja hybrid, dengan hanya 30% perusahaan di Inggris yang saat ini beroperasi sepenuhnya di lokasi dibandingkan dengan 57% sebelum pandemi (Travel Perk), menggarisbawahi perlunya organisasi mengatasi langkah-langkah pencegahan penipuan. Selain itu, sifat belanja pegawai yang dinamis di lingkungan kerja pasca-hibrida menambah kompleksitas dan diperlukannya pengendalian yang kuat di semua kategori pengeluaran. Lingkungan kerja jarak jauh menawarkan landasan ideal bagi perilaku curang, dengan menekankan pentingnya tindakan proaktif untuk melindungi diri dari aktivitas penipuan.
Graham Smith, Direktur Pelaksana, volopa berkomentar “Di era kerja hybrid, memerangi penipuan biaya memerlukan strategi kuat yang menggabungkan teknologi dan budaya perusahaan. Sistem manajemen pengeluaran yang mudah diterapkan, namun canggih dapat membantu memantau inkonsistensi dan pola yang mengindikasikan penipuan, menjaga pengawasan bahkan di lingkungan kerja jarak jauh. Pada saat yang sama, menumbuhkan budaya transparansi dan akuntabilitas sangatlah penting. Dunia usaha harus mengomunikasikan kebijakan pengeluaran dengan jelas dan menawarkan pelatihan rutin untuk menekankan standar etika yang diharapkan. Selain itu, menyediakan saluran pelaporan anonim dapat memberdayakan karyawan untuk melaporkan aktivitas mencurigakan dengan aman, sehingga mendorong pendekatan proaktif terhadap pencegahan penipuan. Strategi ganda ini tidak hanya mengamankan aset keuangan tetapi juga menjunjung tinggi integritas dan reputasi organisasi di tengah tantangan ekonomi”.